6 Tulisan Kamu di Media Social ini Bisa Membuat Orang Bunuh Diri
Mrinspirasi - Membuat tulisan yang seakan melecehkan harga diri seseorang adalah tindakan yang tidak terpuji, hal ini bisa mengakibatkan orang menajdi merasa tersindir atau pun terhina. Jangan sekali membuat tulisan yang seakan menyindir di media social karena ini adalah hal yang tidak baik dilakukan.
Media sosial yang seharusnya untuk menjalin pertemanan (namanya saja sosial ‘kan?), menjadi ruang yang sangat keras dan kejam. Akui saja terkadang jemari kita hanya asal mengetik di kolom komentar tanpa memperdulikan dampaknya. Tanpa disadari, apa yang kita tuliskan itu bisa membunuh orang. Ambil saja kasus Sully yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri setelah sekian lama menjadi korban cyber bullying dari warganet.
Berikut 6 Tulisan Kamu di Media Social ini Bisa Membuat Orang Bunuh Diri :
1. Berhenti menghina fisik orang lain. Karena itu tidak akan memberimu apa-apa selain menunjukkan rendahnya kualitas dirimu
“Ih, si artis A kok sekarang gendut banget sih?”
Terkadang kita merasa punya hak sebagai warganet untuk berkomentar sesuka hati. Mungkin juga karena yang dikomentari adalah artis, lantas kita merasa hak kita untuk mengomentari apa pun tentangnya. Kalau nggak mau dikomentarin jangan jadi artis, begitu alasannya. Termasuk tentang fisiknya. Padahal, apa pun alasannya, menghina dan mengomentari fisik orang lain bukanlah hal yang baik, apalagi benar. Meski kita menganggap komentar itu biasa saja, tapi yang dikomentari pasti sakit hatinya. Tahun 2020, tidak ada lagi body shaming, ya?
2. Kamu tidak pernah tahu apa yang dialami orang dalam satu hari itu. Jadi, baik hatilah dan jaga jari-jarimu dari komentar jahat
Suatu hari, di media sosial ada seorang yang mengunggah pendapat tentang indahnya relasi antara anak dan orangtua. Lalu, emosimu pun terpantik karena anda tidak merasakan relasi yang sama dengan orangtuamu. Lantas anda pun menyerangnya dan mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa. Padahal yang dia lakukan hanyalah mengutarakan pendapatnya, bukan?
Di cerita yang lain, anda menghubungi customer service lewat media sosial. Lalu anda menyampaikan keluhanmu sambil marah-marah dan melontarkan kata-kata kasar. Padahal anda tidak tahu berapa banyak orang yang sudah memberinya kata-kata kasar sebelumnya. Kamu tidak tahu masalah apa yang dia hadapi di luar pekerjaan. Setiap orang bertarung dengan konflik masing-masing. Jadi, mengapa tak saling menjadi orang baik saja?
3. Apa yang orang putuskan tentang hidupnya bukan urusanmu. Berhentilah memprotes keputusan itu, apalagi bila tak ada hubungannya denganmu
Mengapa si A dan si B bercerai? Kenapa dia memilih beli baju yang mahal kalau yang lebih murah lebih banyak? Kenapa si C belum nikah-nikah juga padahal sudah sukses hidupnya? Kenapa si D,E,F, hingga Z melakukan ini dan itu? Hal-hal seperti itu kan sebenarnya tidak perlu dicari tahu. Setiap orang berhak mengambil keputusan menyangkut hidupnya sendiri, dan dia tidak wajib menjelaskan alasannya kepada orang lain. Apalagi kalau keputusan itu tidak berhubungan dengan orang lain.
Karenanya, mari berhenti untuk menyalahkan jalan hidup orang lain hanya karena jalan hidup itu tidak sama dengan jalan hidup yang anda pilih. Tak perlu menyinyiri teman yang bolak-balik liburan ke luar negeri, karena anda nggak tahu bagaimana dia kerja keras, lembur setiap hari, dan hanya tidur 3-4 jam setiap malam sebelum punya uang untuk liburan. Akui saja, kita tidak tahu apa-apa soal orang lain.
4. Kritik bisa disampaikan dengan kata-kata yang sopan. Caci maki hanya akan meninggalkan luka tanpa memberi pesan
Media sosial semestinya menjadi mimbar digital untuk bisa berdiskusi untuk siapa saja tanpa memandang posisi apalagi jabatan. Pun di media sosial, setiap orang bisa menjadi penyanggah ataupun pendukung opini seseorang. Media sosial juga memudahkan interaksi sehingga kritik bisa disampaikan tanpa harus susah payah ketemuan. Tapi di tahun 2019, banyak yang menyampaikan kritik lewat caci maki dan olok-olok. Padahal kritik lebih bisa diterima jika disampaikan baik-baik tanpa melukai, bukan?
5. Berdebat dengan orang di Twitter itu bagus dan wajar. Selama perdebatannya benar, bukannya malah saling serang hal-hal personal
Belakangan Twitter kembali riuh dengan warganet. Platform berlambang burung putih ini menjadi tempat paling gampang untuk berduskusi ataupun beradu pendapat. Sayangnya, sepanjang 2019 banyak sekali diskusi yang berakhir melenceng dari substansi. Bukannya melawan dengan argumen, melainkan malah menyerang secara personal orang yang menjadi lawan berdebat.
Ini sama sekali tidak keren, dan hanya menunjukkan bahwa sesungguhnya anda tidak punya argumen yang cukup kuat untuk membantah argumennya. Jadi, lawanlah argumen dengan argumen. Bukan serangan secara personal, apalagi caci maki hanya untuk pelampiasan kemarahan dan kekalahan.
Tahun 2019 hanya tinggal hitungan hari. Tahun 2020 akan datang sebentar lagi. Alangkah beruntungnya kita jika tahun depan bisa menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satu langkah konkretnya bisa dengan menjadi orang yang lebih “baik hati” di media sosial. Sebab, apa yang anda tulis itu besar dampaknya bagi orang lain.
6. Meninggalkan komentar dan caci maki tanpa baca isi. Mari berhenti memberi respons yang buruk atas sesuatu yang tidak kita pahami
Di tahun 2019 ini, banyak sekali orang yang suka terjun bebas. Maksudnya, ketika menemukan sebuah berita, ia hanya membaca judulnya, lantas langsung terjun ke kolom komentar dan mencaci maki dengan membabi buta. Padahal dia belum tahu isi sebenarnya dari berita itu apa. Apakah anda salah satunya? Jika ya, semoga hal itu tidak terjadi lagi di tahun 2020.
Berkomentar tanpa mengetahu konteks persoalan sebenarnya sama seperti terjun bebas tanpa parasut. Bunuh diri. Tanpa sadar kita seperti menunjukkan kekurangan diri sendiri yang malas memahami masalah tapi memilih langsung marah-marah. Sampai kapan akan terus-terusan begini?
Sekiand dari artikel 6 Tulisan Kamu di Media Social ini Bisa Membuat Orang Bunuh Diri.
0 Response to "6 Tulisan Kamu di Media Social ini Bisa Membuat Orang Bunuh Diri"
Post a Comment